JAKARTA - Skema kemitraan (inti dan plasma) atau
manajemen satu atap dalam pengembangan kelapa sawit di Indonesia sejak
tahun 2006 melalui program revitalisasi perkebunan, menghadapkan hidup
para pekerja sawit dengan kerasnya perjuangan mencari nafkah. Bukan
hanya itu, para pekerja ini harus membanting tulang untuk dapat hidup di
tanah yang sebetulnya miliknya sendiri.
"Istilahnya mereka seperti menjadi buruh di negeri sendiri. Hanya saja,
ini dalam bentuk inti plasma, bermitra dan lain sebagainya," ujar Head
of Campaign and Public Education Departement Sawit Watch Bondan
Andriyanu usai menggelar Diskusi Perkebunan Kelapa Sawit Hendak ke Mana di Warung Daun Cikini, Sabtu (21/12/2013).
Lebih lanjut Bondan menyampaikan, semakin lama lahan masyarakat semakin
habis. Bahkan di Kalimantan Tengah peta kebun sawit, tambang, dan hutan
lindung jauh lebih besar dari luas provinsi itu sendiri.
"Lebih enggak masuk akalnya, peruntukan lahan untuk itu (tambang, kebun
sawit, dan hutan lindung) lebih besar dari pada daerah daratannya.
Karena tambangnya kan juga bisa lepas pantai," ujarnya.
Kondisi ini menurut Bondan, jauh lebih buruk dibanding keadaan dulu, di
mana para penduduk lebih banyak berhutan. Sayangnya, hingga saat ini,
belum banyak penduduk yang mengerti tentang hal tersebut. Sebagian besar
menganggap, perbaikan ekonomi semu seperti kemampuan membangun rumah
dan membeli kendaraan secara kredit merupakan bentuk sebuah peningkatan
ekonomi.
"Mungkin sekarang punya rumah, sepeda motor, tapi mereka tidak berpikir
kredit apa enggak, utang enggak. Ini kan harus diberi pengertian,"
katanya.
Di akhir Bondan menyampaikan, parahnya, kondisi ini justru banyak
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hanya ingin mengeruk kepentingan.
Misalnya saja para penjual kendaraan bermotor terutama sepeda motor
sebagai pasar kredit yang berpeluang besar.
"Pernah ada yang menelfon dari salah satu merek motor, tanya letak
kebun-kebun sawit di mana saja. Mereka kemungkinan besar memanfaatkan
kondisi ini sebagai target market," pungkasnya.
(rhs)
sumber :http://economy.okezone.com/read/2013/12/21/320/915733/potret-buruh-di-negeri-sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar